
Sejarah Gereja Stasi St. Imacculata Lurang
Masyarakat Pulau Wetar pada umumnya dan lebih khusus masyarakat Desa Lurang di Kecamatan Wetar Utara, Kabupaten Maluku Barat Daya, Propinsi Maluku menganut Agama Kristen Protestan.
Dengan memiliki sumber daya alam berupa aneka mineral tambang, maka pada tahun 1990 hadir PT. PRIMA LIRANG MINNING (PT.PLM) yang mengexploitasi atau melakukan penambangan/pengelolaan emas yang berakhir pada bulan Juni 1996. Para pekerja PT.PLM, diantaranya ada yang beragama Katolik. Mereka sebagian besar berasal dari daerah Flores, Atambua – Belu, Timor-Timur (Sekarang Timor Leste), Tanimbar, Kei, dan daerah Lainnya. Dengan kehadiran mereka maka hadirlah Gereja Katolik. Perusahaan PT. PLM berkewajiban untuk menyediakan sarana tempat Ibadat bagi para karyawan sesuai dengan agama mereka. Maka PT. PLM membangun sebuah Masjid bagi umat Muslim dan sebuah Gereja untuk umat Kristen (Katollik dan Protestan) sehingga jadwal hari minggu maupun lainnya diatur oleh umat Kristen, yakni Protetan dan Katolik. Maka disepakati bahwa pagi untuk umat Katolik dan malam untuk umat Protestan.
PERKEMBANGAN GEREJA KATOLIK
Perkembangan Gereja Katolik Di Lurang dapat dibagi dalam beberapa periode sesuai jatuh bangunnya kehidupan umat.
Tahun 1990 – 1997
Perkembangan umat dalam periode tersebut sangat baik. Sekali dalam setiap bulan selalu mendapatkan pelayanan dari Pasto/Imam dari Keuskupan Dili. Pada kesempatan itu biasannya Pastor melayani penerimaan Sakramen terutama sakramen Baptis dan Pernikahan di gedung Gereja Perusahaan. Tidak ada data umat yang ditinggalkan sehingga tidak diketahui dengan pasti jumlah jiwa umat untuk pelayanan Sakramen.
Jumlah Umat mulai berkurang dari Tahun 1995 berhubung dengan semakin berkurangnya kegiatan Perusahaan. Kunjungan imam yeng terakhir adalah RD ALBERT SETIAWAN GANNY, SJ. Pada Perayaan Natal 25 Desember 1997 sekaligus pelayanan sakramen pernikahan bagi pasangan Robertus Nuho Kelen asal Flores Timur dengan Maria Antoneta Rehiara asal Kisar dan pasangan Lorensius Matias asal Flores Maumere dengan Since Leladara, pribumi Ilputih, Pulau Wetar. (Gereja masi di Kamp/ Perusahaan).
Tahun 1998 – Juli 2007
Dengan berakhirnya kunjungan pastor dari keuskupan Dili maka dimulailah kehidupan Gereja awam dan Bapak Robert N Kelen dipercayakan untuk menjadi Ketua Dewan Stasi sebagai Pimpinan umat yang pertama.
Perayaaan Ibadat Sabda yang sebelumnya diadakan di Gereja perusahaan akirnya dipindahkan di Lurang karena keterbatasan sarana transportasi dan jarak tempuh 7 km yang jauh dan menyulitkan umat. Salah satu alasan mendasar adalah mendapatkan izin dari Pendeta GPM Lurang atas nama Pdt. LENORA TITIN, S.Th. Umat Katolik diwakili oleh 4 orang tokoh, yaitu WILFRIDUS MAKIN, ROBERT KELEN, LORENS (flores Timur) DAN MIKHAEL NGAMEL, mendapatkan izin dari pendeta GPM. Karena sebelumnya sudah ada perencanaan utk mendapatkan izin, tapi ditolak oleh Pdt. Matulapelwa. (waktu itu, umat sudah siapkan lahan dekat pantai – sekarang : pemukiman Uhak)
Saat itu belum ada gedung gereja. Salah satu umat yang merelakan rumahnya untuk dijadikan tempat ibadat di Lurang (Bernadus Boling). Setiap hari Minggu dan hari-hari raya lainnya, umat merayakan ibadat di kapela tersbut, yang mana rumah tersebut sudah direhab oleh umat Lurang. dan rumah yang sudah dijadikan kapela tersebut, dibeli oleh umat Lurang dengan harga Rp.400.000. (Saksi hidup: Bp. Mikhael Ngamel sebagai Bendahara pada waktu itu).
Dan Sebuah rumah bekas penduduk dijadikan Kapela oleh umat yang ada di Kampung Baru. Salah satu tokoh yang masih bertahan hingga sekarang adalah Bapak Edi Sari, sebagai salah satu saksi kunci perkembangan Gereja Katolik Lurang dan Kampung Baru.
Tahun 2007 sampai pada tanggal 1 Juli 2007, hadir pastor pertama dari Paroki Santo Matias Saumlaki, keuskupan Amboina bernama RD VINSEN FERNATYANAN, yang melayani penerimaan Sakramen Pembaptisan: 14 orang, Komuni Pertama: 4 orang, Perimaan dari GPM: 6 orang, dan tanggal 4 juli 2007, pernikahan 8 Pasang.
Dengan kunjungan pastor ini umat termotivasi untuk membangun Gedung Gereja yang baru karena bertambahnya umat yang makin pesat. Pada tanggal 7 September 2009, di atas lahan 64 x 45 m yang dihibahkan oleh Kepala Desa Lurang Nikodemus Manunu (almarhum) dilakukan peletakan batu pertama yang dihadiri oleh kepada Desa Lurang: Nikodemus Manunu, Pdt GPM: M. Timisela, S. Th, Wakil Umat Muslim: Daeng Siratang, perwakilan tuan tanah: Mesak Magoher dan Yakob Manunu, Komandan BABINSA Wetar Utara: Kace Olla dan seluruh warga Desa Lurang, baik Katolik, Muslim dan Protestan yang bergotong royong mengerjakan fondasi Gereja.
Setelah fondasi selesai yang dikerjakan bersama masyarkat desa Lurang, maka pengerjaan tembok Gereja seterusnya sudah dikerjakan sendiri oleh Umat Katolik. Maka, dibentuklah kelompok-kelompok kerja untuk terus melanjutkan pekerjaan tersebut sampai finishing.
Kelompok-kelompok itu diatur dan diawasi oleh Panitia Pembangunan Gereja, dengan ketuanya Bp. Mikhael Ngamel, Bp. Edi Sari sbg Wakil merangkap Sekretaris; Ibu Fransiska Sesermudi sbg Bendahara; Bp Mario Amaral sbg Ketua Seksi Pembangunan; Ibu Nurbaya Masang sbg ketua seksi Usaha Dana; bersama seksi-seksi yang lain.
Dengan kerja keras dan kebersamaaan seluruh masyarakat Lurang, maka proses pembangunan gedung Gereja ini dapat berjalan dengan baik walaupun menemui berbagai kendala. Bertepatan dengan perayaan Hari Raya Maria Dikandung Tanpa Noda, tanggal 08 Desember 2010, gedung Gereja yang baru mulai digunakan dalam perayaan ekaristi yang dipimpin Oleh Pastor Paroki RD Petrus Kanisius Payong Lewar. Dengan demikian, oleh Pastor Paroki, Santa Maria Imaculata (Santa Maria Dikandung Tanpa Noda) dijadikan sebagai pelindung bagi Gereja Stasi Lurang.
You may be interested
Kata Sambutan Mgr. Seno Ngutra
Mgr. Seno NgutraSaudara-saudari yang terkasih dalam Kristus, Dengan penuh sukacita...
Spiritualitas Katekis
[3d-flip-book id="1693" ][/3d-flip-book]
Peran Katekis di Dunia Modern
I. Pendahuluan Katekis merupakan seseorang yang diberikan tugas oleh gereja...
Leave a Reply